Upacara Terakhir
Upacara Terakhir
Hari
senin dengan pagi yang begitu cerah. Langit biru tak malu untuk menampakkan
dirinya kala itu. Hari itu adalah hari upacara terakhir untuk para siswa kelas
XII, termasuk saya. Saya ingin cerita sedikit bahwa hanya pada saat upacara
sajalah saya mampu melihat dia lebih lama. Mungkin hampir semua orang tak suka
apabila hari senin tiba dikarenakan ada upacara yang berlangsung cukup lama. Namun
saya termasuk orang yang tidak terlalu peduli apabila upacara berlangsung
dikarenakan amanat upacaranya yang sangat lama. Satu hal yang ingin saya
sampaikan bahwa kelas saya dan kelasnya bersebelahan, jadi wajar saja setiap
upacara saya bisa melihat dia lebih dekat. Diupacaralah saya pertama kali
melihat dirinya, yang dulunya hanya timbul rasa penasaran namun sekarang malah
jadi suka sama dia. Ya... hari ini telah tiba, Hari upacara terakhir untuk
kami. Itu berarti momen dimana saya bisa melihatnya dalam jangka waktu lebih
lama akhirnya selesai. Tentu saja saya akan sangat sulit melihatnya lagi karena
saya dan dia akan lebih fokus belajar untuk menghadapi ujian minggu depan. Sejujurnya
saya belum siap melewati hari ini. Kapan lagi saya bisa melihatnya jika bukan
disetiap upacara berlangsung?.
Pada
saat upacara berlangsung, saya sibuk merekam setiap peristiwa saat itu untuk
dijadikan sebuah video nantinya. Sejak upacara dimulai sampai selesai, saya
terus merekam tanpa henti. Ini adalah momen paling penting tentunya yang tidak
akan terulang lagi kedua kalinya. Ada banyak peristiwa yang terjadi kala itu
seperti, ucapan terima kasih untuk para guru dari sekelompok siswa, persembahan
tari-tarian, persembahan nyanyi solo, dan tentunya saling bergandengan tangan
satu sama lain sambil membentuk lingkaran. Itu adalah momen yang sangat
mengharukan dikarenakan masa SMA kami akan berakhir dan kami tak ingin berakhir
begitu saja tanpa adanya pelukan dan tangisan. Semua kenangan tak akan bisa
diulang. Inilah saatnya untuk mengabadikan momen ini.
Saya
terus-terusan kesana kemari merekam setiap momen. Dan pada saat saya merekam,
tiba-tiba saja saya bertemu dengan dia. Awalnya saya ragu, tapi saya harus
berani karena ini adalah saat yang pas untuk mengajaknya foto bareng dengan
saya. Awalnya saya mengajaknya secara langsung namun dia menolak secara
baik-baik. Saya kembali bertemu dengan teman dekatnya untuk membantu saya agar
bisa membujuk atau mengajak dia berfoto dengan saja. Dia memberitahukan kepada
temannya sebuah alasan agar saya mengerti bahwa mengapa dia terus menolak untuk
diajak berfoto oleh saya. Teman dekatnya pun kembali menemui saya lalu memberi
tahu kepada saya bahwa alasan dia menolak adalah “ apabila saya berfoto dengan dia, dan suatu hari foto itu ditemukan
oleh seseorang yang telah memilikinya (jodohnya) mungkin akan timbul suatu
masalah antara saya dengan dia. Dia tak mau hal itu terjadi. Dia juga hanya
ingin berfoto dengan seseorang yang sudah menjadi pasangan hidupnya. “ . Alasan
itu tentu saja awalnya menyakitkan bagi saya, namun pada akhirnya saya mengerti
maksud dari alasan tersebut. Saya akan terus mendukungnya jika itu alasan dia
menolak saya. Satu pertanyaan muncul setelah alasan tersebut yaitu “ apakah saya mampu memilikinya suatu hari
nanti? Akankah saat itu pula saya mampu berfoto dengan dia? “. Tentu saja
jawaban atas pertanyan itu adalah Tidak. Saya dengan dia tentu saja berbeda
walaupun ada beberapa kesamaan diantara saya dan dia. Saya dengan dia memiliki
Tuhan yang berbeda. Semua manusia juga tahu bahwa Tuhan itu hanya ada satu,
namun didunia ini banyak berbagai agama yang membuat pandangan kita terhadap
Tuhan itu berbeda. Cara berdoa kami tentu saja berbeda. Dia berdoa dengan
sujud, sedangkan saya berdoa dengan melipat tangan. Isi doa boleh saja sama,
tapi Tuhan kita tak sama.
Setelah
kejadian tersebut, akhirnya membuat saya mengerti bahwa cinta boleh saja
diutamakan, tapi selalu ada Tuhan yang harus dinomor satukan. Saya tak mungkin
meninggalkan agama saya hanya untuk dia dan begitupun sebaliknya dia tak akan
pernah meninggalkan agamanya hanya untuk saya. Jika saya dan dia adalah jodoh,
mungkin saya akan dipersatukan dengan dia secara baik-baik.
Setelah
saya ditolak untuk mengajaknya berfoto, akhirnya saya hanya bisa fotoin dia
dari jauh. Untung saja lensa dari kamera yang saya gunakan mendukung. Hasil jepretan
saya cukup bagus. Dan hasil fotonya saya simpan. Mungkin saya hanya bisa
memiliki fotonya, bukan orangnya langsung hehehe.
Setelah
upacara usai, saya dan dia kembali ke kelas. Setelah beberapa jam berlalu, saya
akhirnya berniat untuk pulang kerumah bersama teman saya. Hari upacara terakhir
akhirnya telah berakhir. Tempat dimana saya bisa melihatnya lebih lama telah
selesai. Tak ada lagi alasan yang membuat saya senang mengikuti upacara hanya
karena ingin melihatnya. Saya hanya berharap bisa melihatnya lagi dimana pun
jika Tuhan mengizinkannya. Saya tak berharap kepada Tuhan agar dia jodoh saya. Jika
memang jodoh, pasti akan dipersatukan disaat yang tepat tanpa diduga – duga.
Tuhan selalu punya rencana yang sempurna untuk HambaNya.
Comments
Post a Comment